Berita Puncak

My Photo
Name:
Location: Sukabumi-Cianjur-Bandung (kayak jurusan?), Jawabarat, Indonesia

Wednesday, January 10, 2007

“Sumur Bor Peternakan Ayam Diprotes”
Warga Kalaparea Pertanyakan Perizinan
Nagrak, Puncak
Keberadaan Sumur bor milik sebuah peternakan ayam petelur milik warga keturunan berinisial IP di pertanyakan warga Kp. Pawenang Desa Angarudin, Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, pasalnya warga menduga aktifitas penyedotan air bawah tanah tersebut belum memiliki izin dari Dinas terkait, seperti dituturkan salah seorang ketua RW desa setempat berinisial Dd ketika ditemui wartawan Koran ini Selasa (9/1) lalu.
Menurut Dd dirinya selaku warga sekaligus ketua RW merasa dibokong oleh pihak peternakan yang meminta tanda tangan warga, sepengetahuannya tandatangan warga tersebut dikumpulkan untuk menempuh perizinan pembuatan peternakan ayam petelur seluas kurang lebih 5 hektar, dan bukan untuk pembuatan sumur bor. “Tau-tau sudah ada sumur bor dibangun, saya kira tadinya tandatangan tersebut untuk pembuatan peternakan saja” ungkap nya.
Keterangan Dd diperkuat dengan pernyataan salah seorang tokoh masyarakat setempat yang enggan namanya dikorankan, kepada Koran ini mengungkapkan bahwa proses perizinan sumur bor tersebut melibatkan Sekertaris Kecamatan Nagrak H. Didi, menurut dugaan sumber Sekmat diduga sudah menerima sejumlah uang dari perusahaan untuk proses pembuatan izin. “Sejak awal pihak perusahaan mempercayaan hal ini kepada sekmat, untuk pembuatan sumur tersebut disinyalir untuk proses tersebut pihak perusahaan mengeluarkan sejumlah uang ” tutur sumber.
Dalam pantauan wartawan koran ini selasa kemarin, di lokasi peternakan sudah berdiri sebanyak dua titik lokasi sumur bor yang menurut keterangan sejumlah pekerja proyek sumur bor tersebut memiliki kedalaman sekira 70 meter dan 120 meter, dan sudah beroperasi dengan kualitas air yang memadai. Ketika wartawan mencoba mewawancarai H. Didi, Sekmat Kecamatan Nagrak yang bersangkutan tidak ada ditempat. Dalam wawancara via telpon dengan Camat Nagrak Dedi Kardiman menuturkan pihaknya telah melakukan teguran terhadap pihak peternakan.
“Informasi dari anda (Wartawan. Red) langsung kami tindak lanjuti, termasuk menanyakan hal ini pada sekmat, menurut keterangan yang bersangkutan proses izin masih dalam proses” tuturnya , ditambahkan camat pihaknya mengaku sudah melakukan pengajuan izin tersebut pada Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) namun dikarenakan masih ada berkas yang kurang, proses pembuatan terpaksa ditangguhkan.
Plh Bidang Perizinan Distamben Kabupaten Sukabumi Ahmad Arief ketika dikonfirmasi wartawan diruang kerjanya, Rabu (10/1) kemarin, ia membantah keterangan camat tersebut, sepengetahuan Arief pihanya hanya pernah mendapat laporan pembuatan sumur bor tanpa izin di daerah nagrak medio Agustus 2006, saat itu pihaknya beserta pihak kecamatan langsung menghentikan aktifitas disana, sampai saat ini belum ada lagi proses pengajuan perizinan, “Kami tadinya mengira disana tidak ada aktifitas pembuatan sumur bor karena sempat dihentikan agustus tahun lalu, kalau sudah beroperasi jelas itu sudah menyalahi aturan yang berlaku” ungaknya.
Proses perizinan mutlak harus ditempuh tambah Arif, mengingat secara tekhnis pihak pertambangan lebih menguasai, mengingat kendati sumberdaya air tanah adalah sumberdaya alam yang terbarukan, tetapi stabilitas sumberdaya airnya harus tetap terjaga, “jangan sampai penyedotan melebihi kapasitas gelontoran air di tempat didirikannya sumur bor” tutup Arief mengakhiri wawancara dengan Puncak. (Alamsyah)

Kadis Binamarga Kabupaten Sukabumi Geram
Menyoal Proyek Tanpa Papan Nama

Sukabumi, Puncak
Maraknya proyek tanpa papan nama di beberapa wilayah di Kabupaten Sukabumi khususnya yang terangkum dalam Anggaran Biaya Tambahan (ABT) Tahun anggaran 2006 yang baru dilaksanakan awal tahun ini tak urung membuat Kepala Dinas Binamarga H. Wawan Witarnawan geram, pasalnya hal tersebut secara terang-terangan telah menodai transparansi kepada publik, dan menyalahi spek tekhnis keproyekan.
Ditemui Harian ini di ruang kerjanya Selasa (9/1) lalu, Wawan mengungkap pihaknya telah bekerja ekstra keras menyikapi masukan dari wartawan terkait hal tersebut, bahkan dirinya mengaku sudah mengintruksikan kepada tiap cabang dinas untuk memantau perkembangan proyek dimasing-masing wilayahnya, “Hal ini menjadi prioritas utama pihak kami, dan kekurangan ini akan kami perbaiki untuk selanjutnya tidak akan terulang kembali” tegas Wawan.
Tidak adanya papan nama proyek di lokasi menimbulkan kesan jalannya pengerjaan proyek tersebut tidak transparan dan tertutup, hal ini otomatis menimbulkan kecurigaan beberapa kalangan masyarakat yang turut memantau perkembangan proyek tersebut, sebut saja Dudi (27), warga Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi ketika ditemui di lokasi pembangunan jembatan Cisungapan, Ds Cikembang, menurut Dudi akibat papan proyek tidak terpasang dirinya mengaku aneh, awal tahun proyek tersebut baru dilaksanakan, “Anggarannya dari mana saya tidak tahu, kok tahu-tahu ada proyek, setahu saya persiapannya sudah sejak lama tapi baru dilaksanakan awal tahun ini, kalau saja ada papan nama, kami kan jadi tahu, berapa nilainya dan berapa lama pengerjaan dan besaran biayanya” tegas Dudi.
Berbekal data yang dimiliki wartawan Selasa (9/1) lalu, mencoba memantau beberapa lokasi proyek, yang ada di wilayah Kecamtan Caringin yang tidak terpasang papan nama diantaranya adalah Pembangunan Jembatan Cisungapan Ds Cikembang senilai 235 juta, dan Peningkatan ruas jalan Coblong Cipuntang Ds Talaga senilai 200 juta semuanya bersumber dari anggaran ABT Tahun 2006. (Alamsyah)



Ruas Jalan Cijalingan Rusak Parah
Masyarakat Minta Perhatian Dinas Terkait

Cantayan, Puncak
Ruas jalan penghubung beberapa desa diantaranya Cijalingan-Cisande dan Cibalung di Kecamatan Cantayan Kabupaten Sukabumi mengalami kerusakan cukup parah, selain dikarenakan saluran pembuangan air hujan yang minim, ruas jalan tersebut juga ada yang berbatasan dengan bukit-bukit kecil yang rawan longsor, hal ini dikeluhkan beberapa warga desa setempat, ketika ditemui Harian ini Rabu (10/1) kemarin.
Yosep (27), warga desa cijalingan mengaku resah dengan parahnya kerusakan jalan di desanya tersebut, hal ini cukup mengkhawatiran karena ruas jalan tersebut sering dialui sarana transportasi ojek yang membawa anak sekolah. “Di lokasi jalan ini terdapat SMPN Cantayan yang siswanya mencapai ratusan orang, sarana satu-satunya untuk mencapai sekolah tersebut adalah motor ojek, seringnya mereka (ojek) berseliweran menimbulkan kekhawatiran terjadi kecelakaan akibat ruas jalan yang kurang representatif” ungkapnya.
Ungkapan salah seorang warga tersebut juga dibenarkan oleh wakil organisasi pengojek setempat, Udep (30) pihaknya sangat membutuhkan adanya perhatian dari institusi terkait menyoal permasalahan jalan rusak ini, “Saya berharap dengan ditulisnya berita kebutuhan warga cijalingan akan jalan yang mulus segera direalisasikan oleh dinas di abupaten Sukabumi” ungkap Udep Singkat ditambahkannya sudah beberapa tahun tidak ada proyek yang dilaksanakan walau sekedar untuk penambalan jalan. (Alamsyah)

Monday, August 28, 2006

Ratusan Umat Hindu Bali Ritual Bakti Pakelem


Palabuhanratu-Puncak
Meski di goyang isu santer tentang Tsunami, ternyata tidak mengurungkan niat ratusan masyarakat Hindu Bali yang ada di Pulau Jawa untuk melakukan Upacara Larung Saji atau dalam bahasa bali upacara ini disebut Bakti Pakelem di Pantai Selatan Palabuhanratu tepatnya di Kawasan pantai Inna Samudera Beach Hotel selasa (25/7), kemarin, acara yang diselenggarakan atas inisiatif masyarakat Hindu yang tergabung dari Geria Gede Tegal Jinga, Denpasar Bali. Dipilihnya Pantai Citepus sebagai acara Bakti Pakelem ini karena umat hindu ingin mewujudkan rasa tentram bagi seluruh umat manusia di pulau jawa, seperti diungkap Ida Pedanda Gede Putra Bajing, salah satu 'Sulinggih' (pemimpin upacara) kepada wartawan, Pedanda mengungkap bahwa dengan ritual ini semua membuat permemohon dan mendekatkan diri antar individu utamanya kepada Alam, Sesama manusia dan Tuhan. "Berbuat baik kepada Alam, interopeksi diri terhadap hal-hal yang tidak perlu, dipilihnya laut selatan karena disini perlu penyucian, laut adalah tempat datangnya kebaikan dan laut pulalah yang membawa keburukan namun laut juga yang akan melarutkannya, memohon agar kita semua mendapat kerahayuan menghilangkan hal-hal yang tidak baik, kita bersama-sama ikut serta memberikan doa dengan harapan lebih mempunyai sikap yang penuh disiplin " Ujar Pedanda. Suasana Sakral terasa di penjuru pantai citepus, ketika umat hindu memanjatkan doa-doa sucinya, 7 orang Sapta Resi (Pemimpin Ritual Penutup) tampak mencipratkan air suci pada seluruh peserta, yang bertanda acara pemanjatan doa telah selesai, dilanjut dengan larung saji yang nantinya akan dilarung ditengah laut Cimaja, larung saji ini menurut umat hindu merupakan bentuk permohonan maaf pada angkara, pertiwi, segare (Laut), dan Tuhan yang kuasa, sebanyak 8 ekor hewan dilarung dalam acara tersebut, diantaranya Ayam, Babi, Sapi, Kerbau, penyu dan beberapa burung. "Acara ini bukan karena adanya tsunami, namun tetap ada korelasinya, menghilangkan angkara dan sangkala yang mengancam di Pantai Selatan dan khususnya bagi palabuhanratu kita juga ingin menghargai 'karuhun' setempat seperti keberadaan karuhun sunda seperti Prabu siliwangi" Ujar Pedanda menjelaskan bahwa ritual ini sebenarnya bukan karena adanya gempa dan tsunami namun sudah direncanakan sejak jauh hari. Pedanda menambahkan jika ritual ini bukan hanya dilakukan di Pantai Selatan saja namun juga sempat dilakukan di sejumlah Pegunungan salah satunya Semeru, bahkan setelah dari Palabuhanratu, ritual akan dilanjutkan di Gunung Salak Ciapus Bogor. Pelaksanaan ritual yang bertempat di kawasan Hotel Inna Samudera Beach Hotel (SBH) tentu saja membuat promosi gratis bagi salah satu hotel berbintang tersebut karena selain di datangi puluhan kuli disket dari berbagai media cetak dan elektronik, Samudera Beach menjadi tuan rumah dari event yang mendongkrak pariwisata di Kabupaten Sukabumi ini, Suhartini Tarigan, General Manager Inna Samudera Beach Hotel, kepada Puncak menuturkan, "Jangan hanya isu tsunami yang dibesar-besarkan terus oleh Media, namun potensi seperti ini juga mesti dipublikasikan, nyatanya ratusan umat hindu dari Jabotebek dan Bali mempercayai Palabuhanratu sebagai tempat melakukan ritual ini,". Ujar Suhartini. Hal senada diungkap Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Asep Wahyudin S.IP, S.Sos ketika ditemui Puncak di sela-sela acara, "Saya harap kepada teman-teman media untuk tidak terus mengekspose, tentang tsunami, apalagi kalau berita tersebut sudah basi, BMG mengeluarkan statement dua minggu yang lalu, kemudian oleh rekan media dipelintir dan jadi konsumsi bacaan baru, kan itu mengakibatkan ketakutan bagi pembaca" ujar Asep.(Alamsyah)

Saturday, July 08, 2006

Pasar Monyet, "Penghias" Pesisir Pantai Citepus Pelabuhanratu

Pelabuhanratu-Puncak
Pasar Monyet, sebuah lokalisasi yang terdapat di Pesisir Pantai Citepus Palabuhan Ratu, Sukabumi Jawabarat, keberadaannya sejak 1972 membuat namanya dikenal orang, tak hanya turis Domestik yang mengenalnya, Turis asing pun ikut mengenalnya dan pada akhir 1980 sempat menjadi Trendseter para Bule, sampai terkenal sebuah istilah "No Visiting Palabuahnratu if no come to Pasar Monyet", hingga kini Pasar Monyet tetap menjadi penghias pesisir pantai citepus, sebuah "legalisasi" Perzinahan..? atau terbawa arus Dilematis Kepariwisataan..? mengingat jalan masuk menuju Palabuhan ratu ada sebuah papan penyambut yang dibuat Aparat Pemda Kabupaten Sukabumi bertuliskan "Selamat datang Di daerah Mubarokah Palabuhan ratu", Pasar Monyet, begitu orang menyebutnya, konon istilah itu muncul jauh hari sebelum pesisir pantai citepus di huni oleh beragam gubuk remang-remang seperti sekarang, dulu tempat tersebut sempat di huni oleh puluhan bahkan ratusan monyet yang beranak pinak di tempat tersebut, namun keberadaanya perlahan tersingkirkan oleh beberapa warga yang berkeinginan mencari sesuap nasi dengan mendirikan tenda-tenda yang menjajakan berbagai macam minuman keras, lambat laun tidak hanya minuman yang dijajakan di Pesisir Pantai Citepus yang dulunya masih lebat dengan aneka pepohonan dan suhu disana pun masih dingin, tidak sepanas sekarang, dulu saat dingin orang terbiasa mencari kehangatan dengan minuman keras yang ada di tempat ini, lambat laun dari minuman yang dijajakan bertambah dengan hadirnya Penjaja Tubuh ( Pekerja Seks Komersial), hingga sekarang tempat tersebut terkenal menjadi Pasar Monyet.
Seiring dengan waktu, Pasar Monyet yang sempat terkena badai kecil yang memporak porandakan tempat tersebut pada penghujung tahun 2002 , masih seperti dulu dan tidak berubah keberadaannya, walaupun kini Palabuhan Ratu adalah Ibukota Kabupaten Sukabumi namun Kekumuhan Pasar Monyet tetap menjadi "Penghias" di Palabuhan ratu, di tambah dengan di sediakannya Warung semi permanent untuk menggantikan Gubug remang yang ada namun tetap saja belum ada keseriusan pemerintah setempat dalam membina dan menyikapi para PSK di tempat tersebut. .... (CR1)

PANTAI PELABUHANRATU DIPADATI PENGUNJUNG

Puncak. Palabuhanratu
Ratusan pengunjung memadati pantai Citepus hingga Cimaja Pelabuhanratu, minggu (9/7). hal ini terkait liburan panjang sekolah yang sudah berlangsung sejak beberapa hari yang lalu, bukan hanya anak sekolah Pengunjung yang mayoritas berasal dari Bogor dan jakarta ini datang berombongan menggunakan kendaraan roda dua mereka tergabung dalam beberapa organisasi sepeda motor, bertujuan sama, sekedar melepas penat karena menurut mereka aktifitas yang mereka jalani sehari-harinya menuntut Otak untuk bekerja ekstra keras dengan menikmati suasana pantai mereka berharap tensi otak bisa sedikit di istirahatkan, "Kejenuhan yang kami alami selama beberapa hari kemarin hilang begitu memandang ombak yang berkejaran dipesisir pantai, hembusan angin yang seolah tak ada habisnya merupakan kenikmatan yang sulit dilukiskan" ujar andry (27) wisatawan asal Bogor.
Walau cuaca pantai yang panas, seolah tidak mempengaruhi para pendatang ini untuk sekedar berlarian di pantai atau bermain bola, untuk mengatasi rasa gerah mereka berendam sebentar di pinggiran pantai kemudian kembali bergabung dengan rekan-rekannya, dalam pantauan Puncak, para pendatang ini sebagian memanfaatkan pondokan-pondokan kecil pemilik warung makan sebagai tempat beristirahat diwaktu malam, bahkan beberapa wisatawan yang baru datang terlihat sibuk menggelar tenda-tenda besar dan kecil. alhasil ketika malam tiba dan rasa dingin hembusan angin laut terasa dingin menyergap, nyala api unggunpun menghiasi tiap tenda.
Kedatangan para Turis domestik ini disambut antusias oleh warga setempat, seolah tak mau kalah dengan para pendatang, warga sekitar pun turut menggelar tenda guna menjajakan barang dagangan berupa makanan kecil dan minuman ringan, mereka sepakat untuk menjual barang dagangannya dengan harga standar, "kalau terlalu mahal kita takut mas, takutnya mereka enggan buat berbelanja lagi, hal ini juga kita manfaatkan untuk mengikat silaturahmi, kan andai kata mereka datang lagi tahun depan bisa jadi langganan" ujar Endan (24) seorang penjual makanan ringan kepada Puncak, yang menggelikan mayoritas penjual makanan dadakan ini adalah anak muda, selain menambah pemasukan mereka memanfaatkan situasi ini dengan berkenalan dengan beberapa pengunjung lawan jenis yang seumuran dengan mereka.
Beberapa penduduk sekitar terlihat peduli dengan keselamatan para pengunjung, tak hentinya mereka memperingatkan agar para pengunjung tidak mencoba berenang terlalu jauh mengingat pantai citepus memiliki struktur tanah yang landai dan pasir pantai yang rapuh, ditambah ombak yang sering berubah terkadang ombaknya kecil namun tiba-tiba besar tanpa bisa diduga, Tatung (29) salah seorang tokoh pemuda Citepus membenarkan hal tersebut, Tatung yang juga memiliki warung Tenda pantai citepus kepada Puncak menuturkan bahwa sudah cukup banyak korban berjatuhan di Pantai citepus akibat terseret ombak, dan ia dan rekan-rekannya tak menginginkan hal tersebut kembali terulang, "Biasanya Pemda Kabupaten Sukabumi memasang spanduk peringatan, namun entah mengapa di musim liburan ini tak ada satupun yang terpasang, jadi kami berinisiatif sendiri memperingatkan para pengunjung untuk tidak berenang terlalu jauh ketengah, kalau ada apa-apa kan kami juga yang repot" ujarnya khawatir.(CR1)

MASAYARAKAT PELABUHANRATU KELUHKAN PDAM DAN PLN

Puncak. Palabuhanratu Masyarakat Palabuhanratu mengeluh dengan sering padamnya aliran air dan listrik di daerahnya, sejak tiga hari terakhir ini ( sejak jum'at 7/7) padamnya aliran listrik dan air berdampak cukup besar terhadap kebutuhan vital masyarakat, mereka terpaksa menunda keinginan untuk mandi, cuci dan kakus, Dian (27) warga Gang Lumbung, Kec. Palabuhanratu ketika ditemui Puncak , minggu (9/7). Menyesalkan ulah kedua lembaga yang dinaungi pemerintah tersebut (PDAM/PLN), pasalnya pemadaman tersebut tanpa diiringi sosialisasi kepada warga masyarakat Palabuhanratu "Kalau yang mati itu cuma aliran air sebenarnya saya pribadi tidak merasa keberatan, karena rumah kami memiliki sanyo yang menggunakan tenaga listrik namun karena Listrik PLN juga mengalami hal serupa akhirnya kita kesulitan mendapatkan pasokan air" ujarnya kesal. Dalam pantauan Puncak di Desa Citepus nampak belasan warga menanti giliran untuk bisa menjalankan aktifitas mandi, mencuci dan buang hajat yang sementara ini mereka memanfaatkan sumur yang ada di masjid-masjid, atau ikut numpang di beberapa warga yang memiliki fasilitas sumur, bahkan ada beberapa warga yang terpaksa mandi, cuci, dan kakus memanfaatkan sungai citepus yang terletak tak jauh dari tempat tinggal mereka, hal ini dibenarkan Beni (38) warga setempat kepada Puncak, rumahnya untuk sementara dimanfaatkan untuk pemandian umum warga, karena kebetulan tempat tinggalnya memiliki sumur timba, "Hal ini tentu saja sedikit merepotkan saya, tiap harinya belasan warga antri menanti giliran, sedang saya terpaksa harus bangun pagi-pagi sekali hanya untuk bisa memanfaatkan air lebih dulu" ujarnya. Menurut seorang sumber yang enggan disebut namanya, sering matinya listrik ini diduga akibat mesin generator pembangkit listrik yang digunakan oleh PLN saat ini sudah terlalu tua, namun belum ada kebijakan internal PLN untuk segera memperbaharui mesin tersebut, yang ada malah dipaksakan sehingga terpaksa kebutuhan listrik untuk warga tersendat, warga pun terpaksa harus menunggu giliran dalam memperoleh pasokan listrik, Hermawan (60) pegawai sebuah distributor Ice Cream menyesalkan tindakan yang dilakukan PLN tersebut, menurutnya disatu sisi pembayaran tagihan selalu gencar disosialisasikan sedang sektor pelayanan tidak ditingkatkan, "Bukan hanya kami yang dirugikan, coba pikir bagaimana nasib pemilik Distributor Es Cream tempat saya bekerja yang otomatis menggunakan Aliran listrik untuk kelangsungan usahanya, mereka bisa rugi puluhan juta rupiah andai es yang mereka simpan di Frezzer Box meleleh akibat alatnya tidak menyala, tolong pikirkan juga nasib saya andai Bos mengalami kerugian" keluhnya. (CR1)